Judul masih dicari
“Di tahun ajaran baru ini bapak harap....”
Rangga memutar bola matanya malas. Ia bertanya dalam hati, mengapa
harus ada upacara di hari pertamanya masuk sekolah? Jika saja ia menteri
pendidikan di Negara Garuda ini, pasti ia akan mencetuskan bahwa upacara
bendera hanya berlaku hari senin pada jam kbm biasa juga pada hari-hari besar.
Salahnya, ia masih harus menempuh ujian nasional setelah ini, ups, ia lupa
bahwa UN sudah dihapuskan.
Ia mengghela napas pelan. Tubuhnya yang lebih tinggi dari barisan
perempuan terkecuali Sheryl tentunya, membuat Rangga bisa melihat dengan jelas
para siswa/siswi yang betah di barisan depan. Hebat, puji Rangga dalam hati.
Bisa-bisanya mereka menjadi patung sementara barisan belakang sudah ribut sendiri
mengusir bosan pada pidato sang bupati, eh salah, kepala sekolah.
Bagaimana ia tak memuji? Tepat di barisan ketiga dari tempatnya
berdiri sudah terdengar suara ricuh dari mulut seorang Abiraja, suara mengeluh
dari Catur dan juga uapan tanda mengantuk dari pemuda di belakangnya, Bara.
Bahkan tepat di hadapannya gadis bernama lengkap Keswhari Chalya Kahiyang atau
kerap dipanggil Chalya ini memberanikan diri untuk membuka ponsel. Sungguh
terlalu. Rangga tak menyangka jika Chalya tetangganya yang ia kenal kalem dan
tidak neko-neko itu bisa berbuat hal demikian. Jika itu adalah Natline dkk
adalah hal biasa, tapi ini! Seorang Chalya.
“Gimana Chal? Udah ada kabar dari Rinjani?” ujar teman
disampingnya.
“Belum nih Han, dia kemana ya? Gak biasanya telat gini.” Jawab
Chalya.
Ketika Chalya akan membuka salah satu aplikasi Rangga segera
mengambil benda pipih itu dari tangan Chalya.
Bodoh , umpat Rangga
dalam hati.
“Rangga Sambara bisa ikut bapak ke belakang?” bisik sang guru yang
masih bisa di dengar oleh orang di sekitar mereka, termasuk Chalya.
Rangga terpaksa harus meninggalkan barisan, tadi saat Chalya ingin
mengoperasikan benda pipih itu, Rangga tak snegaja melihat guru yang di
belakang maju untuk berpatroli, maka dari itu ia mengambil dengan paksa benda
pipih berwarna putih yang diketahui milik tetangganya sendiri dan bergegas
mengamankannya, namun belum sempat itu terjadi Rangga sudah terciduk terlebih
dahulu.
“Bapak kira kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.”
“Siap pak.” Jawab Rangga sembari menyerahkan ponsel berwarna hitam
itu dari kantong celananya.
“Bagus. Silakan berbaris di bagian sana.”
Rangga berjalan menuju barisan yang dijuluki ‘pengangsingan’
tersebut. Biasanya barisan itu diisi oleh siswa-siswi nakal yang tak memakai
atribut lengkap ataupun yang seperti Rangga dan juga Abi yang sayangnya tidak
ikut terciduk. Mungkin Abi ini punya indera tajam akan bahaya.
Sudah ada 3 orang di barisan itu, menjadi 4 tak kala Rangga datang.
Dua dari mereka adalah laki-laki dan satu orang perempuan. Jika dilihat mereka
adalah teman seangkatannya, ternyata tahun demi tahun sekolah ini semakin
membaik. Rangga berdiri tepat disamping kanan sang gadis dan samping kiri kedua
laki-laki ini. Dua laki-laki itu rupanya terciduk tidak memakai atribut
lengkap, terlihat dari mereka yang sedari tadi menunduk karena dihadapkan sinar
matahari langsung. Beda hal dengan gadis di sampingnya, rambutnya yang berwarna
pink hijau itu menandakan bahwa ia telah melanggar peraturan sekolah yang
mneyatakan dengan resmi penolakan rambut yang diberi warna.
“Sst....” desis gadis berambut pink hijau itu.
Rangga hanya meliriknya tak berani menoleh.
“Lo kok bisa disini?” bisik gadis itu kemudian menunduk agar tak
tercurigai.
Memang diantara mereka berempat, hanya Rangga yang berseragam lengkap.
“Biasa, keciduk pas buka hp.”
“Berani banget lo! Hebat.”
Rangga ingin tertawa juga saat itu. Harusnya yang mendapat pujian
itu adalah Chalya. ia hanya seorang pengecut yang hanya bisa menangis dikala
sang perempuan tercinta mendapatkan perlakuan buruk dari sang ayah.
“Sst...”
Kali ini Rangga agak menolehkan kepalannya, netra mereka bertemu,
namun dalam beberapa detik mereka memalingkan muka.
“Capek gue berdiri terus, mana panas lagi. Lo lihat gue, dalam
sekejap pasti bisa kabur dari situasi ini.” Bisik gadis itu kembali.
Tak lama, gadis itu menjatuhkan diri ke tanah, reflek Rangga menangkap tubuh mungil itu. Sebelum petugas PMR datang, gadis berambut pink hijau itu membisikkan sesuatu. "Salken, nama gue Anne"
Renjun NCT as Rangga :